Pages

Kamis, 10 Juli 2014

Dia Yang Bernama KEJUJURAN


Ketika saya membuat tulisan ini saya baru saja menyelesaikan bacaan buku yang saya pinjam dari perpustakaan kampus saya, sebuah buku yang benar-benar menarik menurut saya. Ada banyak kisah-kisah inspiratif dan motivasi yang saya dapat. Dalam tulisan kali ini saya ingin Anda mendengar (tepatnya membaca, hehe) sebuah cerita yang paling membuat saya terkesan dalam buku itu.

Sebuah cerita tentang betapa indahnya sebuah kejujuran dan kepercayaan jika seandainya bisa benar-benar terwujud dengan sempurna dalam hidup kita. Sama sekali tidak akan ada kehawatiran di dalamnya. Percaya atau tidak, kisah ini adalah sebuah kisah nyata petualangan seorang reporter TV Indonesia di luar negeri.

Selamat membaca sekelumit kisah ini:

Di Swiss terdapat sebuah desa kecil bernama Neerach, pedesaan yang sangat-sangat sepi karena penduduknya memang sedikit dan kebanyakan penduduk desa adalah orang-orang tua yang menghabiskan masa tua mereka. Rumah bagi mereka adalah peraduan yang dipertaruhkan ketika mereka masih muda. Ketika mereka muda, mereka menabung untuk membangun rumah impian pada masa tua di desa asal mereka.

Di pinggir jalan pedesaan tersebut terdapat sebuah kedai bunga. kedai yang sangat sederhana, didalamnya hanya ada lampu penerang  yang usang, kursi butut tempat duduk si penjual bunga (mestinya), kaleng bir kosong yang diletakkan di sebelah tumpukan bunga yang belum dirangkai juga beberapa kaleng bir lainnya, di sebelahnya lagi terdapat buku notes kecil yang menggantung , dan Kedainya hanya terdiri dari papan yang dirakit dan dipaku sudut-sudutnya, persis kedai penjual rokok. Tapi jangan salah bunga-bunga yang dijual tidak kalah indah dengan bunga-bunga di toko-toko elit. Pemilik kedai tersebut bernama Tuan dan Nyonya Hoffinger.

Cara membeli bunganya adalah Anda tinggal pilih, masukkan plastik, lalu simpan uang bayaran Anda di dalam kaleng bir yang sudah disediakan di dekatnya. Tapi jika Anda membeli bunga dengan uang lebih, Anda bisa ambil kembalianya di kaleng lain yang sudah disediakan uang pecahan sebagai kembalian. Bagaimana jika Anda adalah pembeli terahir yang membeli bunga dengan uang lebih pula sementara uang kembalian yang tersedia di dalam kaleng sudah tidak ada, habis oleh pembeli lain sebelumnya???? Caranya gampang saja. Anda pasti ingat buku notes kecil yang digantung, nah Anda tinggal tulis nama dan alamat Anda, maka si penjual akan datang ke rumah Anda untuk mengantarkan uang kembalian anda. Hebat kan!!!!

Dikatan juga bahwa praktik berjualan tanpa penunggu juga dilakoni sejumlah warga desa yang menjual koran, majalah, baju, kayu bakar untuk perapian, barang bekas, dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya.WOWW Amazingggg. Di Indonesia ada tidak yaaa???? Saya sendiri sampai sekarang belum menemukan...

Kedai ini punya konsep mengedepankan sisi kepercayaan di atas segalanya, kepercayaan adalah kunci bisnis. Pemilik kedai ini menyimpan kepercayaan yang dititipkam ke seluruh penduduk desa Neerach,  Penduduk Neerach pun memegang kepercayaan tersebut dengan dengan penun tanggung jawab. Semua yang terlihat, jika bukan milik mereka tidak akan berani disentuh apalagi dicuri.

Sungguh sebuah pelajaran yang luar biasa tentang kepercayaa di abad ini. Ketika dunia semakin menoleransi orang yang mencederai kepercayaan, ketika kita dengan mudah melucuti kepercayaan orang lain, juga kepercayaan kita sendiri. Di Neerach, di desa antah berantah ini kita bisa mengambll pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana berharganya sebuah kejujuran itu.


Semoga bermanfaat dan dapat diambil pelajaran di dalamnya. Amiiin,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar