Ketika saya membuat tulisan ini saya baru saja menyelesaikan
bacaan buku yang saya pinjam dari perpustakaan kampus saya, sebuah buku yang
benar-benar menarik menurut saya. Ada banyak kisah-kisah inspiratif dan
motivasi yang saya dapat. Dalam tulisan kali ini saya ingin Anda mendengar
(tepatnya membaca, hehe) sebuah cerita yang paling membuat saya terkesan dalam
buku itu.
Sebuah cerita tentang betapa indahnya sebuah kejujuran dan
kepercayaan jika seandainya bisa benar-benar terwujud dengan sempurna dalam hidup
kita. Sama sekali tidak akan ada kehawatiran di dalamnya. Percaya atau tidak,
kisah ini adalah sebuah kisah nyata petualangan seorang reporter TV Indonesia
di luar negeri.
Selamat membaca sekelumit kisah ini:
Di Swiss terdapat sebuah desa kecil bernama Neerach,
pedesaan yang sangat-sangat sepi karena penduduknya memang sedikit dan
kebanyakan penduduk desa adalah orang-orang tua yang menghabiskan masa tua
mereka. Rumah bagi mereka adalah peraduan yang dipertaruhkan ketika mereka
masih muda. Ketika mereka muda, mereka menabung untuk membangun rumah impian
pada masa tua di desa asal mereka.
Di pinggir jalan pedesaan tersebut terdapat sebuah kedai
bunga. kedai yang sangat sederhana, didalamnya hanya ada lampu penerang yang usang, kursi butut tempat duduk si
penjual bunga (mestinya), kaleng bir kosong yang diletakkan di sebelah tumpukan
bunga yang belum dirangkai juga beberapa kaleng bir lainnya, di sebelahnya lagi
terdapat buku notes kecil yang menggantung , dan Kedainya hanya terdiri dari
papan yang dirakit dan dipaku sudut-sudutnya, persis kedai penjual rokok. Tapi
jangan salah bunga-bunga yang dijual tidak kalah indah dengan bunga-bunga di
toko-toko elit. Pemilik kedai tersebut bernama Tuan dan Nyonya Hoffinger.
Cara membeli bunganya adalah Anda tinggal pilih, masukkan
plastik, lalu simpan uang bayaran Anda di dalam kaleng bir yang sudah disediakan
di dekatnya. Tapi jika Anda membeli bunga dengan uang lebih, Anda bisa ambil
kembalianya di kaleng lain yang sudah disediakan uang pecahan sebagai
kembalian. Bagaimana jika Anda adalah pembeli terahir yang membeli bunga dengan
uang lebih pula sementara uang kembalian yang tersedia di dalam kaleng sudah
tidak ada, habis oleh pembeli lain sebelumnya???? Caranya gampang saja. Anda
pasti ingat buku notes kecil yang digantung, nah Anda tinggal tulis nama dan
alamat Anda, maka si penjual akan datang ke rumah Anda untuk mengantarkan uang
kembalian anda. Hebat kan!!!!
Dikatan juga bahwa praktik berjualan tanpa penunggu juga
dilakoni sejumlah warga desa yang menjual koran, majalah, baju, kayu bakar
untuk perapian, barang bekas, dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya.WOWW
Amazingggg. Di Indonesia ada tidak yaaa???? Saya sendiri sampai sekarang belum
menemukan...
Kedai ini punya konsep mengedepankan sisi kepercayaan di atas
segalanya, kepercayaan adalah kunci bisnis. Pemilik kedai ini menyimpan kepercayaan
yang dititipkam ke seluruh penduduk desa Neerach, Penduduk Neerach pun memegang kepercayaan
tersebut dengan dengan penun tanggung jawab. Semua yang terlihat, jika bukan
milik mereka tidak akan berani disentuh apalagi dicuri.
Sungguh sebuah pelajaran yang luar biasa tentang kepercayaa
di abad ini. Ketika dunia semakin menoleransi orang yang mencederai kepercayaan,
ketika kita dengan mudah melucuti kepercayaan orang lain, juga kepercayaan kita
sendiri. Di Neerach, di desa antah berantah ini kita bisa mengambll pelajaran
yang sangat berharga tentang bagaimana berharganya sebuah kejujuran itu.
Semoga bermanfaat dan dapat diambil pelajaran di dalamnya.
Amiiin,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar